Paddytalk adalah aplikasi pesan instan berbasis kebangsaan karya anak Indonesia. Didirikan sejak Oktober 2017 dan berencana mensosialisasikan keseluruh Indonesia
Ternyata Ini Sejarah Penamaan Nama-Nama Kereta Api di Indonesia!
Berikut, melalui Antara dan GNFI mencoba mengulas arti juga makna yang tersaji pada penamaan kereta api di Indonesia.
Berdasarkan Nama Gunung
Rupanya kata Argo pada kereta Argo Bromo atau Argo Parahyangan bukanlah nama biasa lho.
Nama tersebut merujuk pada sebutan gunung dalam bahasa Jawa Kuno. Oleh
sebab itu, kereta dengan nama depan Argo selalu diikuti dengan nama
belakang gunung yang dimaksud. Seperti halnya Argo Muria yang mengarah
pada Gunung Muria atau Argo Lawu yang artinya Gunung Lawu. Kereta Api Argo Bromo | Sumber dok: Wikipedia Uniknya,
adapula nama Malabar yang tidak diberi nama depan Argo namun sejatinya
justru merujuk pada nama gunung yang ada di Bandung. Juga dengan nama KA
Krakatau dan Ciremai, yang tidak diberi embel-embel Argo, karena
rupanya bukan termasuk kereta api eksekutif.
Berdasarkan Nama Sungai
Selain
nama gunung, nama kereta api di Indonesia juga turut diwarnai dengan
nama sungai. Seperti KA Progo yang merujuk pada Sungai Progo, KA
Cisadane, KA Brantas, KA Logawa, KA Serayu, KA Gajahwong, KA Bengawan,
dan KA Bogowonto. Kereta Api Brantas | Sumber dok: TIKETKAI.COM - Tiket Kereta Api Nama-nama
ini turut disesuaikan dengan jurusan yang dilalui kereta, layaknya KA
Brantas dengan jalur Jakarta-Kediri yang tentunya melewati Sungai
Brantas yang terlihat amat besar.
Berdasarkan Nama Hewan
Pernahkah
kawan GNFI mendengar atau bahkan membeli hingga menumpangi KA Sembrani?
Rupanya Sembrani berasal dari nama hewan yakni kuda terbang. Selain
Sembrani, ada beberapa nama kereta lain yang turut diberi nama hewan dan
sebagian besarnya ialah penamaan hewan dalam bahasa kuno. Kereta Api Sembrani | Sumber dok: Wikipedia Seperti
KA Turangga yang berarti kuda, Taksaka yang artinya naga, Sancaka yang
bermaksud ular, Harina yakni kijang, Gumarang yang artinya kuda, Lodaya
yakni macan, juga Dwipangga yang memiliki arti gajah.
Diambil dari Sejarah Daerah yang Dilewati
Kereta Api Sritanjung | Sumber dok: Breaking News Selain
tiga alasan sebelumnya, rupanya nama-nama kereta api di Indonesia turut
diambil dari sejarah daerah yang dilewati. Seperti halnya KA
Sritanjung yang diambil dari legenda masyarakat Banyuwangi, KA
Tawangalun yang juga diambil dari legenda rakyat Banyuwangi, KA
Kertajaya yang merupakan raja di Kerajaan Kediri, KA Gajayana yang
merupakan kerajaan di Kota Malang, KA Kahuripan yakni nama ibukota
Kerajaan Airlangga, KA Tegalarum yang merupakan situs makam Amangkurat,
dan beberapa nama lain yang diambil berdasar sejarah atu legenda
masyarakat setempat.
Berdasarkan Nama Populer dari Masa Lalu
Kereta Api Kalijaga | Sumber dok: Kisah Klasik Duniaku Nama
kereta api di Indonesia rupanya juga diambil berdasar nama tokoh
populer dari masa lampau. Yakni KA Aji Saka, KA Joko Tingkir, KA
Kalijaga, KA Kian Santang, dan beberapa nama lain yang tentu saja nama
tersebut disesuaikan dengan rute kereta yang dilalui.
Berdasarkan Gabungan Kata
Pernah
dengar atau justru menaiki kereta Matarmaja? Rupanya nama tersebut
merupakan singkatan dari Malang-Blitar-Madiun-Jakarta. Tak hanya itu,
adapula KA Tawangjaya yang merupakan singkatan dari Tawang
Semarang-Jayakarta, Kutojaya dari Kutoarjo-Jayakarta, Purwojaya dari
Purwokerto-Jayakarta, atau Bangunkarta yang merupakan gabungan dari
Jombang-Madiun-Jakarta. Kereta Api Bangunkarta | Sumber dok: Enciety Wah
rupanya menarik ya penamaan nama-nama kereta api di Indonesia. Kalau
kawan GNFI di antara kereta tersebut manakah yang sudah pernah kalian
naiki?
Sebuah studi dilakukan oleh para peneliti dari University of Birmingham dan King’s College London untuk melihat efek dari olahraga secara teratur terhadap penuaan. Studi tersebut dilakukan dengan merekrut 125 orang pesepeda amatir yang berusia 55 tahun hingga 79 tahun, 84 orang di antaranya adalah laki-laki dan 41 lainnya adalah perempuan. Peserta laki-laki harus mampu bersepeda menempuh jarak 100 kilometer dalam waktu 6,5 jam, sementara peserta wanita harus mampu ber menempuh jarak 60 kilometer dalam waktu 5,5 jam. Para peserta yang dipilih ini bukanlah perokok, peminum berat, dan tidak memiliki hipertensi. Tim peneliti memberikan serangkaian tes terhadap para peserta itu yang kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil tes kelompok peserta lain yang tidak berolahraga secara teratur. Kelompok yang tidak berolahraga atau bersepeda secara teratur ini terdiri dari 75 orang dewasa berusia 57-80 tahun dan dewasa muda berusia 20-36 tahun. Para anggota kedu...
Comments
Post a Comment