6 Hal di Indonesia yang Bisa Dibeli Pakai Sampah. Nggak Perlu Duit!

Membuang sampah jadi aktivitas yang kita lakukan setiap hari. Saking seringnya dilakukan, kadang kita sampai nggak sadar kalau sampah-sampah itu sudah sangat menumpuk. Padahal sistem pengelolaan sampah belum dibenahi. Nggak heran kalau tahun lalu Indonesia jadi negara penyumbang sampah terbesar ke-2 di dunia! Ini seolah semakin didukung sama jumlah penduduk yang juga melimpah ruah. Kalau dilihat dari data Kementrian Lingkuhan Hidup dan Kehutanan, 2016 kemarin produksi sampah plastik yang dihasilkan toko-toko ritel mencapai 10 juta plastik lho! Itu baru sampah plastik di toko ritel, belum sampah jenis lain dari pabrik, warung makan, atau rumah-rumah.
Masalah sampah ini memang cukup pelik. Di samping pengelolaannya belum memadai, warga Indonesia sendiri masih banyak yang ‘buta’ soal sampah. Buktinya banyak mereka yang masih membuang sampah ke laut atau sungai. Meski masih jauh dari kata baik, setidaknya perilaku beberapa pihak ini bisa dijadikan contoh solutif atasi sampah nih. Hipwee News & Feature sudah merangkum beberapa hal atau benda yang bisa dibeli pakai sampah! Yuk, simak~

1. Buat makan di kantin ini, kamu nggak perlu lagi pakai rupiah. Cukup dengan kumpulin sampah aja

Pemilik sebuah warung makan di Semarang Jawa Tengah punya cara unik untuk mengatasi masalah sampah di daerahnya. Suratmin dan Suyatmi, sepasang suami istri, sengaja membuka warung makan di area pembuangan sampah terbesar di Semarang, TPA Jatibarang. Mereka melihat ada potensi karena lokasi tersebut memang jauh dari warung makan padahal banyak pemulung yang sering mengais sampah di sana. Uniknya, mereka menerima sampah sebagai alat tukar kalau mau makan di warungnya.
Duapuluh kilogram sampah sama dengan 1 kali makan lengkap dengan minum. Satu kilonya dihargai Rp400. Kata Suratmin, sampah-sampah itu nantinya ia jual ke pengepul seharga Rp500. Selain untung, keputusannya itu juga membantu pemerintah atasi sampah.

2. Pemerintah Kota Makassar punya program unik. Masyarakat bisa menukar sampah dengan es krim !

Lain Semarang lain lagi dengan Makassar. Pemerintah ibukota Sulsel itu menerapkan kebijakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan. Caranya dengan membuat program tukar sampah dengan es krim di sejumlah bank sampah di sana. Koordinator Tim Program Kebersihan Kota Makassar, Saharuddin, seperti dilansir Viva, menyatakan kalau program ini dilakukan dengan bekerjasama dengan perusahaan produsen es krim, Walls area IC East.

3. Jaringan Bank Sampah milik PLN juga punya program unggulan, salah satunya bayar listrik pakai sampah

PT. PLN (Persero), korporat listrik raksasa itu juga punya cara untuk meningkatkan kebersihan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat lho. Sejak 2011, PLN telah mendirikan Bank Sampah yang memiliki beberapa keunggulan, di antaranya bayar listrik pakai sampah. Saat ini sudah ada sekitar 1000 bank sampah yang tersebar di 12 kota di Indonesia. Setiap bulannya bank sampah binaan PLN tersebut bisa mengelola sampah sampai 377 ton lho!
Dengan melibatkan 50 ribu lebih nasabah, prosedur bayar listrik di sana terbilang mudah. Nasabah cuma perlu membawa sampah ke sana, nanti petugas akan memilah dan menimbang sampah-sampah tersebut. Kemudian nilainya akan dikonversi ke rupiah dan dicatat di buku tabungan.

4. Pemerintah Batam seolah nggak mau kalah berinovasi soal sampah. Tahun lalu ratusan warga Batam menukar sampah-sampah mereka dengan beras raskin

Awal 2016 lalu, pemerintah Batam membuat inovasi baru, yakni melayani penjualan sampah yang bisa ditukar dengan beras miskin (raskin). Sampah yang bisa ditukar bisa berbentuk plastik, kertas, karton, aluminium, atau kaleng. Kalau ternyata nilai sampah berlebih, sisanya bisa ditabung atau diambil. Tujuan dari program ini selain mengurangi jumlah sampah, juga untuk membantu warga kurang mampu. Menarik ya!

5. Di Semarang juga ada perpustakaan yang menerapkan sistem tukar sampah. Cuma bawa botol plastik bekas, kamu bisa pinjam buku di sana

Lagi-lagi Semarang disorot karena inovasinya dalam menyelesaikan perkara sampah. Di lereng Gunung Ungaran, tepatnya di Desa Kalisidi, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, terdapat sebuah perpustakaan sederhana yang memungkinkan pengunjungnya meminjam buku hanya dengan menukar sampah plastik. Setiap pengunjung wajib membawa 1 botol plastik atau 3 gelas plastik. Rata-rata anak-anak di sana meminjam dua sampai tiga buku per harinya.
Adanya program dari pengelola perpustakaan ini lahir dari kurangnya kesadaran masyarakat akan sampah, terutama plastik. Selain itu dengan dibuatnya sistem pinjam-meminjam ini minat baca masyarakat jadi ikut meningkat.

6. Kalau di Depok, ada sekolah PAUD yang memungkinkan siswanya bayar uang sekolah pakai sampah lho

Sampah di Depok juga bisa digunakan untuk membayar uang sekolah lho. Sebuah PAUD di sana memungkinkan para orang tua muridnya membayar sekolah pakai sampah anorganik. Mahmudah Cahyawati, pencetus ide ini sekaligus pemilik sekolah tersebut, berpendapat bahwa PAUD seharusnya bisa dijangkau siapa saja. Jalan keluarnya ya dengan bayar SPP pakai sampah. Selain membantu mengatasi masalah sampah, sekolah ini jelas akan bermanfaat memperbaiki kualitas pendidikan di daerahnya.
Semoga saja ke depannya akan semakin banyak pihak yang sadar akan masalah sampah dan menerapkan program serupa ya guys! Kalau banyak yang berpikiran seperti orang-orang di atas, yakin deh status Indonesia yang darurat sampah ini lambat laun akan hilang !
Download aplikasi messenger karya anak bangsa :
Our Social Media
  • Facebook    :   Paddy Talk
  • Twitter        :   @paddytalksocmed
  • Path            :   Paddy Talk
  • Youtube      :   Paddy Talk
  • Pinterest     :   Paddy Talk
#paddytalk #bhinnekatunggalika #karyaanakbangsa #aplikasimessenger

Comments

Popular posts from this blog

Olahraga Teratur Bisa Perlambat Penuaan

Peneliti Temukan Fakta Mengenai Rendang

5 Stadion di Indonesia yang Bergaya ala Stadion Eropa