Sejarah Tentang Adanya Ogoh-Ogoh di Bali

Ogoh-ogoh merupakan salah satu tradisi Umat Hindu khususnya di Bali dalam menyambut Hari Raya Nyepi. Tradisi mengarak ogoh-ogoh di Bali biasa disebut dengan “pengerupukan”. Pengerupukan biasanya dilakukan tepat sehari sebelum Hari Raya Nyepi.
Sejarah asal muasal dari ogoh-ogoh khususnya di Bali ada beberapa versi yang berbeda. Ada yang mengatakan ogoh-ogoh dikenal sejak jaman Dalem Balingkang dimana pada saat itu ogoh-ogoh dipakai pada saat upacara pitra yadnya. Ada pula yang berpendapat bahwa ogoh-ogoh tersebut terinspirasi dari tradisi Ngusaba Ndong-Nding di desa Selat Karangasem. Informasi lain menyebutkan bahwa ogoh-ogoh muncul sekitar tahun 70an.
Apapun pendapat tentang sejarah asal muasal ogoh-ogoh di Bali, dewasa ini meski Jaman semakin berkembang, teknologi semakin maju tapi ogoh -ogoh juga semakin dikenal bahkan menjadi salah satu tradisi yang ditunggu-tunggu oleh warga Bali bahkan wisatawan lokal ataupun mancanegara.
Ogoh-ogoh adalah tradisi yang akan terus ada dari masa ke masa, karena merupakan sebuah seni dan kreatifitas tanpa batas oleh anak muda warga Bali.
sumber : http://inputbali.com/
Download aplikasi messenger karya anak bangsa :
- * Pengguna Android :
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.paddytalk.android
* Pengguna Iphone :
https://itunes.apple.com/us/app/paddytalk/id1328200388?mt=8
Our Social Media
- Facebook : Paddy Talk
- Twitter : @paddytalksocmed
- Path : Paddy Talk
- Youtube : https://www.youtube.com/watch?v=yAWQ-B9Zewc
- Pinterest : Paddy Talk
- Linkedin : Paddy Talk
#paddytalk #karyaanakbangsa #aplikasimessenger #bhinnekatunggalika #aplikasiindonesia
Bulan April, beberapa
wilayah di Indonesia diperkirakan sudah memasuki musim kemarau.
Wilayah yang pertama kali mengalami kemarau adalah Nusa Tenggara Timur.
Curah hujan di sana saat ini hanya 55 milimeter per bulan dan akan terus
menurun.
Demikian disampaikan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam acara
konferensi pers di Kantor BMKG Pusat, Jakarta, Kamis (15/3/2018).
"Pada April, curah hujan semakin rendah. Dalam satu bulan bisa mencapai
55 milimeter, terlihat mulai di daerah Nusa Tenggara Timur," ujarnya.
Selain Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali juga akan
memasuki musim kemarau pada April.
Sementara itu, wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi masih
akan masuk musim kemarau belakangan.
Bulan April, pulau-pulau besar itu masih akan diguyur hujan dengan
intensitas 200-300 milimeter per bulan.
Beberapa wilayah di Papua bahkan masih turun hujan dengan skala 300-400
milimeter per bulan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Musim Kemarau 2018 Tidak Datang Serempak, NTT Paling Awal", https://sains.kompas.com/read/2018/03/15/161408523/musim-kemarau-2018-tidak-datang-serempak-ntt-paling-awal.
Penulis : Shela Kusumaningtyas
Editor : Yunanto Wiji Utomo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Musim Kemarau 2018 Tidak Datang Serempak, NTT Paling Awal", https://sains.kompas.com/read/2018/03/15/161408523/musim-kemarau-2018-tidak-datang-serempak-ntt-paling-awal.
Penulis : Shela Kusumaningtyas
Editor : Yunanto Wiji Utomo
Bulan April, beberapa
wilayah di Indonesia diperkirakan sudah memasuki musim kemarau.
Wilayah yang pertama kali mengalami kemarau adalah Nusa Tenggara Timur.
Curah hujan di sana saat ini hanya 55 milimeter per bulan dan akan terus
menurun.
Demikian disampaikan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam acara
konferensi pers di Kantor BMKG Pusat, Jakarta, Kamis (15/3/2018).
"Pada April, curah hujan semakin rendah. Dalam satu bulan bisa mencapai
55 milimeter, terlihat mulai di daerah Nusa Tenggara Timur," ujarnya.
Selain Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali juga akan
memasuki musim kemarau pada April.
Sementara itu, wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi masih
akan masuk musim kemarau belakangan.
Bulan April, pulau-pulau besar itu masih akan diguyur hujan dengan
intensitas 200-300 milimeter per bulan.
Beberapa wilayah di Papua bahkan masih turun hujan dengan skala 300-400
milimeter per bulan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Musim Kemarau 2018 Tidak Datang Serempak, NTT Paling Awal", https://sains.kompas.com/read/2018/03/15/161408523/musim-kemarau-2018-tidak-datang-serempak-ntt-paling-awal.
Penulis : Shela Kusumaningtyas
Editor : Yunanto Wiji Utomo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Musim Kemarau 2018 Tidak Datang Serempak, NTT Paling Awal", https://sains.kompas.com/read/2018/03/15/161408523/musim-kemarau-2018-tidak-datang-serempak-ntt-paling-awal.
Penulis : Shela Kusumaningtyas
Editor : Yunanto Wiji Utomo
Bulan April, beberapa
wilayah di Indonesia diperkirakan sudah memasuki musim kemarau.
Wilayah yang pertama kali mengalami kemarau adalah Nusa Tenggara Timur.
Curah hujan di sana saat ini hanya 55 milimeter per bulan dan akan terus
menurun.
Demikian disampaikan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam acara
konferensi pers di Kantor BMKG Pusat, Jakarta, Kamis (15/3/2018).
"Pada April, curah hujan semakin rendah. Dalam satu bulan bisa mencapai
55 milimeter, terlihat mulai di daerah Nusa Tenggara Timur," ujarnya.
Selain Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali juga akan
memasuki musim kemarau pada April.
Sementara itu, wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi masih
akan masuk musim kemarau belakangan.
Bulan April, pulau-pulau besar itu masih akan diguyur hujan dengan
intensitas 200-300 milimeter per bulan.
Beberapa wilayah di Papua bahkan masih turun hujan dengan skala 300-400
milimeter per bulan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Musim Kemarau 2018 Tidak Datang Serempak, NTT Paling Awal", https://sains.kompas.com/read/2018/03/15/161408523/musim-kemarau-2018-tidak-datang-serempak-ntt-paling-awal.
Penulis : Shela Kusumaningtyas
Editor : Yunanto Wiji Utomo
Bulan April, beberapa
wilayah di Indonesia diperkirakan sudah memasuki musim kemarau.
Wilayah yang pertama kali mengalami kemarau adalah Nusa Tenggara Timur.
Curah hujan di sana saat ini hanya 55 milimeter per bulan dan akan terus
menurun.
Demikian disampaikan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam acara
konferensi pers di Kantor BMKG Pusat, Jakarta, Kamis (15/3/2018).
"Pada April, curah hujan semakin rendah. Dalam satu bulan bisa mencapai
55 milimeter, terlihat mulai di daerah Nusa Tenggara Timur," ujarnya.
Selain Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali juga akan
memasuki musim kemarau pada April.
Sementara itu, wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi masih
akan masuk musim kemarau belakangan.
Bulan April, pulau-pulau besar itu masih akan diguyur hujan dengan
intensitas 200-300 milimeter per bulan.
Beberapa wilayah di Papua bahkan masih turun hujan dengan skala 300-400
milimeter per bulan.Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Musim Kemarau 2018 Tidak Datang Serempak, NTT Paling Awal", https://sains.kompas.com/read/2018/03/15/161408523/musim-kemarau-2018-tidak-datang-serempak-ntt-paling-awal.
Penulis : Shela Kusumaningtyas
Editor : Yunanto Wiji Utomo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Musim Kemarau 2018 Tidak Datang Serempak, NTT Paling Awal", https://sains.kompas.com/read/2018/03/15/161408523/musim-kemarau-2018-tidak-datang-serempak-ntt-paling-awal.
Penulis : Shela Kusumaningtyas
Editor : Yunanto Wiji Utomo
Bulan April, beberapa
wilayah di Indonesia diperkirakan sudah memasuki musim kemarau.
Wilayah yang pertama kali mengalami kemarau adalah Nusa Tenggara Timur.
Curah hujan di sana saat ini hanya 55 milimeter per bulan dan akan terus
menurun.
Demikian disampaikan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam acara
konferensi pers di Kantor BMKG Pusat, Jakarta, Kamis (15/3/2018).
"Pada April, curah hujan semakin rendah. Dalam satu bulan bisa mencapai
55 milimeter, terlihat mulai di daerah Nusa Tenggara Timur," ujarnya.
Selain Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali juga akan
memasuki musim kemarau pada April.
Sementara itu, wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi masih
akan masuk musim kemarau belakangan.
Bulan April, pulau-pulau besar itu masih akan diguyur hujan dengan
intensitas 200-300 milimeter per bulan.
Beberapa wilayah di Papua bahkan masih turun hujan dengan skala 300-400
milimeter per bulan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Musim Kemarau 2018 Tidak Datang Serempak, NTT Paling Awal", https://sains.kompas.com/read/2018/03/15/161408523/musim-kemarau-2018-tidak-datang-serempak-ntt-paling-awal.
Penulis : Shela Kusumaningtyas
Editor : Yunanto Wiji Utomo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Musim Kemarau 2018 Tidak Datang Serempak, NTT Paling Awal", https://sains.kompas.com/read/2018/03/15/161408523/musim-kemarau-2018-tidak-datang-serempak-ntt-paling-awal.
Penulis : Shela Kusumaningtyas
Editor : Yunanto Wiji Utomo
Comments
Post a Comment