Negeri di Awan di Belantara Sulawesi

"Ke Poso? Memang sudah aman?", “Poso,
daerah konflik itu?” Itulah sebagian komentar yang saya terima dari
beberapa teman ketika mengetahui saya sedang bersiap-siap menuju
Kabupaten Poso di Sulawesi Tengah. Mereka, yang masih saja berpikir
bahwa Poso identik dengan konflik, saya jamin, pasti belum pernah
menginjakkan kaki di sana. “Negeri di Awan” rasanya frase itu lah yang
paling tepat menggambarkan keindahan Lembah Besoa di Lore Tengah,
Kabupaten Poso.
Kabut putih tipis
yang menggantung menutup sebagian bukit yang mengelilingi desa Doda,
udara segar zero pollution, savanna hijau membentang luas dengan ratusan
sapi merumput bak lingkaran-lingkaran keputihan dari kejauhan, sungai
yang mengalir bening, masyarakat yang selalu tersenyum nan ramah, what
else can you ask for? Ya, Doda, bagi saya adalah sebuah negeri di awan,
mengutip kalimat puitis Katon Bagaskara “dimana kedamaian, menjadi
istananya” Sepanjang perjalanan dari Palu menuju Poso, mata kami
dimanjakan dengan hamparan gunung dan lembah yang hijau, kelokan sungai
dengan airnya yang sangat bening, sesekali menjumpai savanna hijau bak
permadani yang menutup sebagian lereng bukit.
Di
perjalanan pertama ke Lore beberapa waktu lalu saya sempat tersesat
beberapa kali ke daerah transmigran di pedalaman, tetapi justru saya
mensyukuri ketersesatan itu karena saya bisa menikmati indahnya
pemandangan di pedalaman Sulawesi. saya sempat menitikkan air mata
ketika menikmati keindahan pemandangan yang menghampar di depan mata.
Setelah 8 jam perjalanan akhirnya kami tiba di Penginapan Berkat di desa
Doda. Penginapan ini memiliki 6 kamar sederhana, dengan tarif sekitar
90,000 per malam, termasuk sarapan pagi.
Setelah
beristirahat sejenak, sekitar jam 6 sore kami menuju Balai Desa
setempat untuk menghadiri pertemuan warga. Udara malam itu sangat
dingin, dan penerangan pun sangat terbatas , tetapi kami bisa melihat
antusiasme warga yang berbondong-bondong menuju balai desa, dengan
pakaian adat setempat. Para perempuan mengenakan pakaian adat yang
berwarna merah menyala dengan hiasan-hiasan berwarna keemasan. Sebagian
di antara mereka menggunakan baju adat yang terbuat dari kulit kayu,
sementara bagi Bapak-bapak, kulit kayu ini digunakan sebagai topi adat.
Acara dialog dibuka dengan persembahan
musik tradisional bambu yang sangat indah. Jika selama ini kita mengenal
bambu sebagai seruling, di sini kita bisa menemukan berbagai jenis alat
musik dengan suara yang berbeda-beda yang terbuat dari bahan bambu.
Lebih dari 50% penduduk di Doda beragama nasrani, Islam adalah kelompok
minoritas. Tapi saya bisa merasakan, tak ada ketegangan sama sekali
seperti yang selama ini kita dengar di media. Masyarakat hidup
berdampingan dengan damai. Meski acara dibuka dengan doa nasrani, tetapi
keberadaan kelompok non-nasrani juga disebut dalam doa tersebut. Sapaan
'Assalaamualaikum' pun juga disampaikan beriringan dengan sapaan
'Shalom;. Menurut penerjemah saya, nyanyian yang ditampilkan oleh
kelompok paduan suara ibu-ibu di acara pembukaan, adalah tentang cerita
bahwa masyarakat di Doda berasal dari nenek moyang yang sama, sehingga
kita harus rukun dan menjaga persatuan.
Isn’t that sweet?
Hampir
setiap anak bisa memainkan alat musik bambu tradisional tersebut.
Sekolah - sekolah (hanya ada SD dan SMP sejauh ini), setiap peringatan
17 Agustus, mengikuti lomba kesenian tradisional tersebut, dan mereka
berlatih keras untuk memperoleh kemenangan. Itulah ajang yang menjadi
kebanggan anak-anak desa setempat.
Ah,
saya jadi malu, 17 Agustus bagi saya berlalu begitu saja sekedar
sebagai hari libur. Sementara, nun jauh di sini anak-anak bangsa, yang
kadang terabaikan oleh para pembesar di negeri ini – tanpa perlu
gembar-gembor soal patriotisme – punya cara mereka sendiri untuk
mencintai tanah air. Esoknya, ketika kabut pagi masih menggantung tipis
di perbukitan yang mengelilingi desa Doda, rombongan berangkat menuju
Situs Pokekea. Di situs Pokekea terdapat berbagai jenis megalith, tetapi
didominasi tong batu (stone vots) atau oleh masyarakat setempat disebut
sebagai kalamba. Kalamba berbentuk silinder, yang bagian dalamnya
dilubangi menyerupai bentuk tong besar dengan ukuran tinggi bervariasi
antara 1,5 meter sampai 2,7 meter, dan memiliki diameter antara 1 meter
hingga 1,8 meter. Sangat menakjubkan melihat batu-batu sebesar itu,
dengan ukiran masing-masing, secara acak, ditemukan di padang rumput di
Besoa. Melihat kondisi geografis, jelas batu tersebut bukan berasal dari
daerah tersebut.

Pertanyaannya,
bagaimana bisa batu-batu tersebut sampai di Lembah Besoa? Para ahli
sejarah pun masih berusaha menguak misteri ini. Diperkirakan batu-batu
ini berusia atara 3000 - 1300 SM. Dan Pokekea hanyalah satu dari 300
situs yang diperkirakan tersebar di Lembah Besoa, Napu, Bada di
Kabupaten Poso. Juru pelihara setempat, Pak Alfon dan Aminada yang
mendampingi saya bercerita bahwa beberapa benda baru ditemukan lagi
setelah mereka membersihkan rumput-rumput tinggi di kawasan tersebut.
Dan bukan tidak mungkin jika dilakukan penggalian-penggalian lebih
lanjut, ratusan bahkan ribuan patung, kalamba, atau benda purbakala lain
akan ditemukan. Dan keindahannya memang tak bisa digambarkan dengan
kata-kata. Bahkan foto pun tak bisa mewakili keluasan dan kedalaman
serta keindahan pemandangan di sana.
Di
padang rumput situs Pokekea, saya merasa sangat dekat dengan langit,
negeri di atas awan yang sesungguhnya. Jadi, saya akan berhenti
bercerita di sini, and let these pictures speak. Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Propinsi Sulteng saat ini tengah menginventarisasi kembali
situs-situs yang ada di Lembah Besoa, Napu, dan Bada. Pemerintah
setempat juga berencana menggelar seminar internasional di tahun 2012
mengenai World's Heritage untuk menarik minat dan perhatian dunia
mengenai peninggalan sejarah yang tak ternilai ini, dan membantu menguak
misteri kehidupan nenek moyang masyarakat di Lembah Besoa. How can you not be grateful for living in such a beautiful country like Indonesia?
sumber :
- Good News From Indonesia
- by Esti Durahsanti - a proud traveler
Download aplikasi messenger karya anak bangsa :
- * Pengguna Android :
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.paddytalk.android
* Pengguna Iphone :
https://itunes.apple.com/us/app/paddytalk/id1328200388?mt=8
Our Social Media
- Facebook : Paddy Talk
- Twitter : @paddytalksocmed
- Path : Paddy Talk
- Youtube : https://www.youtube.com/watch?v=yAWQ-B9Zewc
- Pinterest : Paddy Talk
- Linkedin : Paddy Talk
Comments
Post a Comment