Paddytalk adalah aplikasi pesan instan berbasis kebangsaan karya anak Indonesia. Didirikan sejak Oktober 2017 dan berencana mensosialisasikan keseluruh Indonesia
Ternyata Hobbit Bukan Hanya Karakter Fiksi, Berasal Dari Indonesia
Get link
Facebook
X
Pinterest
Email
Other Apps
-
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 'hobbit' purbakala yang pernah
hidup di Indonesia kemungkinan besar bukan keturunan kerdil dari manusia
pertama melainkan berasal dari Afrika.
Fosil jenis manusia baru yang dinamai 'the hobbit' karena ukurannya saat ditemukan di Pulau Flores, Indonesia pada tahun 2003. Hingga penemuan spesies baru yang memiliki nama ilmiah Homo floresiensis tersebut, sebelumnya dipercaya bahwa spesies kita, Homo sapiens adalah satu-satunya spesies Homo yang ada di 30.000 tahun terakhir.
Homo floresiensis diketahui hidup di Flores setidaknya hingga 54.000 tahun yang lalu. Awalnya diperkirakan bahwa spesies ini memiliki korelasi terhadap spesies Homo erectusyang hidup sejak 1.9 juta tahun yang lalu hingga 35.000 tahun yang lalu.
Spesies Homo erectuslah satu-satunya hominid awal yang tinggal di kawasan ini dengan penemuan fosil di Pulau Jawa. Namun,
berdasarkan penelitian lebih lanjut dari hobbit tersebut ditemukan
bahwa spesies baru ditemukan tersebut sesuai dengan pohon silsilah
evolusi manusia.
Penemuan tersebut mengarah pada pernyataan bahwa Homo floresiensismerupakan kerabat dari Homo habilis, satu dari spesies manusia yang pertama kali hidup yang ditemukan di Afrika 1.75 juta tahun yang lalu. Sumber: SWNSPenemuan yang ditemukan oleh Australian National University menyatakan keabsenan bukti teori populer yang menyebutkan bahwa Homo floresiensisberevolusi dari Homo erectus. Dr
Debbie Argue dari ANU School of Archaelogy & Anthropology
menyebutkan harusnya penemuan tersebut cukup untuk menjawab segala
perdebatan yang berlangsung mengenai asal dari Homo floresiensis.
"Analisa tersebut menunjukkan bahwa dalam pohon silsilah, lebih memungkinkan bagi Homo floresiensis berasal dari kerabat Homo habilis, yang berarti dua spesies ini berasal dari pendahulu yang sama. Ada kemungkinan bahwa Homo floresiensisberevolusi di Afrika dan bermigrasi, atau pendahulu yang sejenis bermigrasi dari Afrika dan berevolusi menjadi Homo floresiensisdi suatu wilayah." Tengkorak Homo floresiensis | Sumber: SWNSPenelitian sebelumnya berfokus hanya pada tengkorak dan rahang bawah, sedangkan penelitian terbaru menggunakan 133 data data dari seluruh tengkorak, rahang, gigi, lengan, kaki, dan bahu.
Dr Argue menyebutkan tidak ada satupun dari data yang dimiliki mendukung teori bahwa Homo floresiensisberevolusi dari Homo erectus. "Kami meneliti apakah benar Homo floresiensisberasal dari Homo erectus.
Kami coba menghubungkan dengan pohon silsilah evolusi manusia, maka
tidak ada hasil yang mendukung teori tersebut. Semua tes menyatakan
bahwa tidak ada kecocokan - teori tersebut tidak benar."
Salah
satu contohnya, Homo floresiensis punya rahang yang lebih primitif dari
Homo erectus. Ia mengatakan, jika Hobbit keturunan manusia Jawa,
seharusnya rahangnya lebih modern.
Dr Argue menambahkan, "secara logika, tidak mungkin evolusi mengalami kemunduran - bagaimana mungkin rahang Homo erectusberevolusi kembali pada kondisi yang lebih primitif yang terdapat di Homo floresiensis. Mike
Lee dari Flinders University dan South Australian Museum yang juga
terlibat riset mengatakan, berdasarkan analisisnya, Hobbit ada di posisi
yang primitif dalam pohon kekerabatan manusia.
"Kita bisa 99
persen yakin Hobbit tak berkerabat dengan Homo erectus dan 100 yakin
bukan Homo sapiens yang mengalami kelainan," ungkapnya. Lantas,
siapa Hobbit? Argue mengatakan, spesies itu adalah jenis baru dan
merupakan kerabat Homo habilis, jenis manusia pertama yang ditemukan di
Afrika, hidup 1,75 juta tahun lalu.
"Sangat mungkin Homo
floresiesnsis berevolusi di Afrika dan bermigrasi, atau leluhurnya
keluar dari Afrika lalu berevolusi menjadi Homo floresiensis di suatu
tempat," ungkapnya.
Penelitian mengungkap, Hobbit sendiri mungkin
punya kerabat dekat. Penelitian yang melibatkan periset Pusat Arkeologi
Nasional dan Pusat Survei Geologi mengungkap, manusia itu mungkin sudah
berpengetahuan. Penelitian tersebut di publikasi dalam Jurnal Evolusi Manusia.
Comments
Post a Comment